Sabtu, 06 November 2010

Biografi Imam Al Bushiri, Sang Shohibul Burdah


 Qashidah Burdah yang sangat mempesona itu adalah karya Syafaruddin Abu Abdillah Muhammad bin Sa’id bin Hammad bin Muhsin bin Abdullah bin Shanhaj bin Hilal  Ash-Shanhaji. Ia lahir pada hari selasa Syawwal tahun 608 H / 1211 M di daerah Dalash, tapi besar di Bushir, sehingga kemudian lebih dikenal dengan nama Imam Al-Bushiri.

Sejak kecil , ia telah mulai menghafalkan Al Qur’an serta mempelajari ilmu-ilmu agama dan bahsa Arab. Ia didik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al-Qur’an, disamping berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama dizamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kasustraan Arab, ia pindah ke Kairo.. Disanalah Ia kemudian menjadi seorang sastrawan dan penyair ulung. Kemahirannya dibidang sastra ini melebihi para penyair pada zamannya.

Karya-karya kaligrafinya juga terkenal. Tulisannya sangat indah. Ia mempelajari disiplin ini dan kaidah-kaidahnya dar Syaikh Ibrahim bin Abu Abdillah Al Bushiri. Penguasaannya tentang khat (kaligrafi), baik praktis maupun teoritis membuat banyak pelajar menimba illmu kepadanya. Dalam seminggu, yang belajar ilmu ini kepadanya lebih dari seribu orang. Demikian disebutkan dalam pengantar kitab syarh Burdah yang berjudul  Al-‘Umdah fi Syarh Al-Burdah, karya Syaikhul Islam Ahmad bin Muhammad bin Hajar Al-Haitami.


Al-Bushiri berguru kepada banyak tokoh ulama, diantaranya Abu Hayyan Atsirudin Muhammad bin Yusuf Al-Ghamathi Al Andalusi, Fathuddin Abul Fath Muhammad bin Muhammad Al Umari Al-Andalusi Al-Isybili Al Mishri yang dikenal dengan sebutan Ibn Sayyidin Nas. Al ‘Izz bin Jama’ah Al Kanani Al Hamawi.
Sejak masa kanak-kanak , ia dikenal sebagai orang yang wara’ (sangat berhati-hati karena takut dosa). Pernah suatu ketika ia akan diangkat menjadi  pegawai pemerintahan kerajaan Mesir. Tetapi ketika melihat perilaku pegawai kerajaan, ia pun  menolaknya.

Mengenai kehidupannya, Dr. Su’ad Mahir berkata, “ Pada awal kehidupannya, Al Bushiri memegang dan mengajar menulis pada beberapa kelompok di daerah Bilbis, kenudian ia meningggalkan tugas-tugas pemerintahan dan kesengangan dunia, lalu menyendiri dalam kehidupan tasawuf dan menghabiskan waktunya untuk beribadah, kemudian ia pergi ke Iskandariyah untuk menjadi murid Al-Quthb Abul Abbas Al Mursi. Al Bushiri dan Ibnu ‘Athaillah As-sakandari adalah dua murin dari Abul Abbas. Al-Bushiri dianugrahi keunggulan dalam bentuk syair, sedangkan Ibnu ‘Athaillah (Pengarang Al-Hikam) dianugrahi keunggulan dalam bentuk prosa (natsar)

Al Bushiri tekun belajar kepada para gurunya sehingga tampaklah keberkahan pada dirinya, dalam agama, ilmu, kewara’an dan kewalian. Setelah itu ia memilih cara yang lain dalam mengarang syairnya. Maka jadilah syairnya berisi tasawuf dan pujian kepada Rasulullah , dan ia  pun memurnikan cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Al-Bushiri sebenarnya tak hanya terkenal dengan karya Burdah-nya. Ia juga dikenal dikenal sebagai seorang ahli fiqh dan ilmu kalam. Namun nama burdah telah menenggelamkan ketekenalannya sebagai seorang sufi besar yang memiliki banyak murid.

Karena karya Burdah-nya dipadang sebagai puncak karya sastra dalam memuji Rasulullah SAW , Al Bushiri digelari Sayyidul Muddah. Yang artinya “ Pemimpin para Pemuji Rasulullah Saw.”

Sumber : Majalah Al Kisah, No. 04/22 Feb- 7 Maret 2010
Kunjungi websitenya di http:
majalah-alkisah.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar